Si Miskin Sebaiknya Jangan Sakit
Aku bingung, bukankah katanya sekarang ada yang namanya jamkesmas?
Bukankah ada jaminan antara warga tidak mampu dengan gedung keramahan itu?
Tidakah warga miskin yang sakit bisa berobat di rumah sakit dengan biaya yang lebih murah?
atau bahkan gratis? Tapi, kenapa layar kaca itu mengoceh seolah tiada kebenaran yang mengatakan .
UJARNYA
“Nyawa seorang anak tidak terselamatkan sesampainya setelah beberapa jam kemudian di rumah sakit“
“terdengar suara dari arah depan gedung keramahan itu....
wanita miskin berlari tergesa gesa penuh harap membawa makhluk kecil yg tersungkur lemah tak berdaya.
Berniat untuk berobat disebuah rumah sakit hanya dengan
mengandalkan Kartu jamkesmas. Namun, apa yang terjadi?
“ suster, dokter tolong saya. Tolong anak saya (berurai air mata )tolong saya dokter...(merengek)
Suster,tolong saya suster anak saya demamnya tidak turun turun “ (Tergesa-gesa)
Dusta gedung keramahan itu semakin terlihat
Wanita itu tidak mendapat perhatian ,dikesampingkan dengan alasan klasik “ibu tolong tunggu sebentar
dokternya sedang banyak pasien” .
yaaa ,tentu ! tentu aku bisa menunggu!! tapi lihat coba lihatlah anak ku !! dia tersungkur berbaring lemah tak
berdaya menunggu belas kasihan darimu !!! (wajah penuh kekesalan)
Wanita itu tau alasannya, dia tidak mempunyai cukup uang untuk membayar biaya pengobatan yang
terbilang mahal, hingga akhirnya nyawa anak dari wanita itu tidak tertolong.”
Mendengar berita tersebut aku hanya bisa meggelengkan kepala ku.
Menyimpan kekesalan dalam benak ini, Enggan untuk berkata baik akan
semuanya yg bermuara di tempat itu
Saya heran bagaimana cara kerja Kartu Jamkesmas tersebut? Katanya bisa menolong masyarakat miskin
untuk mendapatkan pengobatan gratis ???Mengapa pihak gedung keramahan itu mengabaikan orang
yang berobat menggunakan Kartu Jamkesmas? bagaimana tidak memperhatikan keadaan sang pasien,
yang mereka pikirkan hanya UANG . UANG DAN UANG !! (Penuh kekesalan)
Hingga akhirnya terlontar kalimat yang berbunyi ‘si miskin sebaiknya jangan sakit’.
TIDAKKAH KAU PEDULI |
0 komentar
Posting Komentar